Jumat, 07 Desember 2012

Ritual Kesesatan Syi'ah Dalam Peringatan Karbala















Read More......

Lagi, Buku Syi’ah untuk Anak SD Negeri di Solok Ajarkan Doktrin Sesat


Lagi, Buku Syi’ah untuk Anak SD Negeri di Solok Ajarkan Doktrin Sesat

gensyiah.com

Dari temuan sejumlah buku rujukan sekolah dasar negeri di Solok, Sumatera Barat, yang merupakan buku Syi’ah, terdapat satu buku yang khusus membahas mengenai dosa-dosa dalam doktrin Syi’ah dengan judul Dosa-dosa Besar: Meruntuhkan Amal Kebajikan yang ditulis oleh Prof. Dasteghib. Dalam buku Qalbun Salim, nama penulis ini adalah Abdullah Husein Dasteghib dan tanpa gelar profesor.
Berdasarkan pengamatan Fimadani, mengutip dari gensyiah.com, buku ini juga merupakan buku yang pengadaaannya dari dana DAK APBD, serta sudah mendapat izin dari Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor: Dj.I/375/2009.
Dari penelusuran kami, Penerbit Cahaya Press yang beralamat di Jl. Siaga Darma VII No. 32E Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 12510, ini juga  menerbitkan buku-buku karya penulis Syiah bernama Dasteghib ini, misalnya Islam Menjawab, Tafsir Surah Yasin, Sudah Khusukkah Shalat Anda?, Tafsir Surat Al Waqi’ah, Qalbun Salim, dan Kisah-Kisah Ajaib.
Di buku Dosa-dosa Besar: Meruntuhkan Amal Kebajikan yang diajarkan pada anak-anak sekolah dasar negeri Solok ini, terdapat beberapa doktrin Syi’ah yang sangat berbahaya bagi aqidah mereka. Di antaranya adalah sebagai berikut:
  1. Dalam sub-bab Syiah Ahlulbait, disebutkan, “Salah satu hadis menyangkut kedudukan kaum Syi’ah dan para pecinta Ahlulbait menyebutkan bahwa api neraka tidak dapat membakar mereka. Karena itu, hadis-hadis seperti ini memberitahukan kekuatan pada harapan kita. Kecintaan kita pada Ahlulbait tentunya merupakan jaminan bagi kita, namun itu tidak seharusnya membujuk kita untuk berbuat dosa secara terang-terangan.”
  2. Buku tersebut juga menyebutkan hadis-hadis yang berasal dari Imam-imam Syi’ah saja, dan menafikkan selain mereka, sebagaimana disebutkan, “…mendapatkan hadis-hadis yang jelas dari Nabi saw, Imam Ali, Imam Ja’far al-Shadiq, Imam al-Kazhim, Imam al-Ridha, dan Imam al-Jawad.”
  3. Dalam sub-bab “Syiah Sejati, Mereka yang Mengikuti (Menaati) Para Imam”, disebutkan, “Karena itu, Bab Al Hawaij Imam Musa al-Kazhim berkata, “Syi’ah kami hanyalah orang-orang yang mengikuti kami (dalam semua aspek), melangkah dalam jejak kaki kami, dan meniru amal-amal kami.” (Bihar al-Anwar)”
  4. Penulis buku Syi’ah ini menerangkan bahwa mereka yang menjadi Syi’ah sejati adalah yang disebutkan dalam Al Quran Surat Al Bayyinah ayat 7: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka adalah sebaik-baik makhluk (khairul barriyah).” Kemudian penulis Syi’ah ini melanjutkan, “Nabi saw diriwayatkan telah menerangkan bahwa khairul barriyah merujuk kepada Syi’ah (pengikut) Ali: “Wahai Ali, khairul barriyah artinya engkau dan syi’ah-syi’ahmu. Pada hari kiamat, mereka akan ridha dengan apa yang Allah limpahkan kepada mereka, dan mereka pun diridhai oleh Allah.” (Tafsir Thabarsi, Manaqib Khwarazmi, Ibnu Hajar)”
  5. Tentang sub-bab Wilayah, disebutkan, “Tidak diragukan bahwa orang yang memiliki wilayah (menjadikan pemimpin, mencintai) Ahlulbait berhak mendapatkan keselamatan. Sesungguhnya, dia akan bersama para nabi as dan imam maksum.” Kemudian dinukil perkataan Imam al-Ridha, “Adalah wajib bagi Allah untuk menghimpun syi’ah-syi’ah kami dengan para nabi, para syahid, dan orang-orang yang benar, pada hari keputusan.”
  6. Dalam sub-bab “Wilayah Ali adalah Benteng Allah yang Kuat”, disebutkan, “Diriwayatkan oleh Imam al-Ridha dari Imam Ja’far sebagai berikut, “Allah berfirman: Wilayah Ali bin Abi Thalib adalah benteng-Ku. Maka barangsiapa yang memasuki benteng-Ku, dia aman dari murka-Ku (‘Uyun al-Akhbar al-Ridha)”
  7. Dalam sub-bab “Pengakuan Lisan yang Tanpa Perbuatan, Tak Cukup” disebutkan bahwa orang-orang Muslim yang Ahlus Sunnah yang mencintai Ahlul Bait dianggap tidak sah, sebab mereka tidak ikut Syi’ah atau Ahlul Bait.
  8. Di halaman 25 disebutkan bahwa musuh-musuh Syi’ah yang maksudnya adalah kaum Sunni akan kekal di neraka. “Pecinta Ahlulbait tidak akan tinggal di neraka selamanya. Siksa abadi hanyalah diperuntukkan bagi orang-orang kafir dan musuh-musuh Ahlulbait.”
  9. Di halaman 24 disebutkan hadits-hadits palsu yang dinisbatkan pada Rasulullah yang menyebutkan bahwa, “Allah menciptakan 70 (tujuh puluh) ribu malaikat dari cahaya wajah Ali bin Abi Thalib. Para malaikat ini (akan terus) memohonkan ampunan (atas namanya dan atas nama para pengikutnya) hingga Hari Kiamat.” Juga disebutkan hadits palsu dari Nabi Muhammad, “Cinta kepada Ali membakar dosa-dosa, laksana api yang membakar kayu.”
  10. Di halaman 26-27, disebutkan ajaran untuk meminta pertolongan pada Ali bin Abi Thalib jika menghadapi sakaratul maut. Ini merupakan salah satu perbuatan syirik.
  11. Disebutkan dalam buku tersebut bahwa jika tidak mengikuti Syi’ah dan mengakui Imam-imam 12 adalah termasuk dosa besar. “…Imam maksum yang sama (Imam Ja’far) bahwa beliau berkata, “Tidak mengakui hak-hak kami (Ahlulbait) adalah dosa besar.”"
  12. Di halaman 43, disebutkan kewajiban seorang Syi’ah untuk mengambil rujukan mutlak kepada Ahlulbait, bukan Al Quran dan Sunnah. “Dapat disebutkan di sini bahwa topik lain yang juga dibahas secara ringkas dalam al-Quran tetapi dipaparkan oleh Nabi saw dan para imam adalah menyangkut otoritas mutlak Ahlulbait sebagai khalifah-khalifah Allah di muka bumi dalam mengajarkan dan mendemonstrasikan hukum-hukum mengenai hak dan batil kepada manusia.”
  13. sumber: firmadani.com

Read More......

Kamis, 06 Desember 2012

Belum Puas di WC, Berikutnya Nama Khulafa Rasyidin dan Istri Nabi Ditulis di Kaki-kaki Syiah!


 

Sebelumnya kami pernah memosting sebuah gambar penghinaan terhadap Khulafa' Rasyidin, pemimpin-pemimpin Islam yang merupakan sahabat-sahabat terbaik Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Silakan baca di sini:http://www.lppimakassar.com/2012/08/penghinaan-tingkat-tinggi-nama-khalifah.html

Akun twitter @Sultan Aljoufi merilis orang-orang Syiah yang menuliskan nama-nama Khulafa' Rasyidin di kaki-kaki mereka, ditulis pula di jari-jari kaki mereka, namun jika fakta ini diketahui oleh Syiah Indonesia, mereka akan berkata, "Jangan menilai suatu ajaran dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab", masya Allah, lihainya mereka mengelak dari suatu ajaran yang memang pada intinya ingin menghinakan murid-murid Nabi tercinta tersebut. Dan karena itulah Syiah ditolak juga divonis sesat.

(sumber: lppimakassar.com)

Read More......

Selasa, 04 Desember 2012

WASPADALAH! Ajaran Syiah Sudah Masuk ke Sekolah-sekolah di Daerah!

Ajaran Syiah Sudah Masuk ke Sekolah-sekolah di Daerah!

Gerilya Syiah dalam menebarkan ajarannya di Indonesia memang terkenal militan, rapi, dan sistematis. Dikutip dari gensyiah.com, 19 November 2012, di Propinsi Sumatera Barat ditemukan buku referensi agama untuk Sekolah Dasar yang merupakan buku Syiah di sekolah negeri.
Berdasarkan temuan saat kajian bersama ketua Majelis Ulama Indonesia Daerah Solok, yang kebetulan juga aktivis Muhammadiyah, melalui seorang guru Sekolah Dasar yang mendapatkan beberapa buku Syiah di sekolahnya, terdapat buku-buku Syiah yang dijadikan bahan ajar untuk para siswa.
Awalnya, saat memberikan kajian mengenai Syiah dan menjelaskan bahwa “tidak semua Syiah itu sesat”, ketua MUI Daerah tersebut disanggah oleh pengurus masjid di lokasi kajian dengan bertanya, “Yang tidak sesat itu Syiah apa? Dan yang berkembang di Indonesia ini Syiah apa?”
Perbantahan ini disaksikan oleh guru Sekolah Dasar yang tidak disebutkan namanya, yang kemudian membeberkan fakta mengenai sejumlah buku Syiah yang beredar dan diajarkan di sekolahnya. Bahkan buku tersebut ada di tangannya.
Buku-buku tersebut kemudian diserahkan pada Ustadz Asmon, Lc., Al Hafizh dan Ustadz Muhammad Elvi Syam untuk dikaji pada tanggal 9 Desember nanti, di Masjid Agung Solok.
Buku Syiah “Qalbun Salim”
Salah satu buku Syiah yang sudah beredar dan diajarkan di Sumatera Barat tersebut berjudul Qalbun Salim: Hati Yang Pasrah, karangan Abdullah Husein Dasteghib, terbitan Trisula Adisakti.
Dalam buku yang diserahkan oleh oknum guru tersebut, terdapat stempel Sekolah Dasar tempatnya bekerja, stempel perpustakaan sekolah bertanggal 3 Desember 2011, dan stempel sumber pendanaan buku tersebut yakni “APBD DAK 2010”.
Selain itu terdapat cetakan izin penggunaan untuk sekolah oleh “Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor: Dj.I/375/2009.”
Beberapa doktrin Syiah, yang diajarkan pada anak-anak SD di Solok dari buku tersebut diantaranya:
  1. Dalam bab Akidah: Penyakit Kufur, sub-bab Cabang-cabang Kekafiran, halaman 20 disebutkan: “Begitu pula, setiap kali hati dikuasai oleh gelapnya kekafiran dan kesyirikan kepada Allah, keadaan itu akan membentuk cabang-cabang. Di antaranya, pengingkaran atas risalah (kenabian), wilayah (kepemimpinan), …”
  2. Di halaman 27, dalam sub-bab Pengingkaran atas Wilayah dan Imamah, disebutkan, “Imam Dua Belas adalah Amirul Mukminin (Imam Ali), Al Hasan, Al Husain, Ali, Muhammad, Ja’far, Musa, Ali, Muhammad, Ali, Al Hasan, dan Al Mahdi aj (ajjalallahu farajahusysyarif, semoga Allah mempercepat kemunculannya-peny). Namun, orang-orang yang terserang penyakit iri hati dan mencintai kepemimpinan zalim Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah, mengingkari keimamahan mereka….”
  3. Di halaman 32, anak-anak SD di Solok diajari untuk ber-taqiyyah menghadapi umat Islam Sunni, dengan menyebutkan, “Namun, taqiyyah yang secara akal dan syariat diwajibkan, adalah lawan dari kemunafikan. Artinya menyembunyikan keimanan di hati atas orang-orang yang ingkar, agar terbebas dari bahaya atau ancaman yang ebrsifat materi atau fisik. Dalam hal dimana tidak berpura-pura tidak bermanfaat bagi agama (artinya, jika dia memperlihatkan apa yang diyakininya dan bersifat hati, akan tertumpah darahnya atau dirampas hartanya, tanpa memberikan manfaat bagi agamanya), maka di sini taqiyyah menjadi (perkara yang) wajib.”
Keputusan Kemenag dan MUI tentang Syiah
Empat tahun setelah Revolusi Iran (1979), dan Syiah mulai menyebar ke Indonesia, Departemen Agama (kini Kementerian Agama) mengeluarkan Edaran tentang Syi’ah melalui Surat Edaran Departemen Agama Nomor D/BA.01/4865/1983, tanggal 5 Desember 1983 perihal “Hal Ikhwal Mengenai Golongan Syi’ah”
Sementara itu, dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada bulan Maret 1984, MUI mengeluarkan rekomendasi tentang paham Syiah. Menurut MUI, Syiah adalah salah satu paham yang terdapat dalam dunia Islam, namun mempunyai perbedaan-perbedaan pokok dengan mazhab Sunni (Ahlus Sunnah wal Jamaah) yang dianut oleh mayoritas umat Islam Indonesia.
Mengingat perbedaan-perbedaan pokok antara Syiah dan Ahlus Sunnah wal Jamaah seperti disebutkan di atas—terutama mengenai perbedaan tentang “Imamah” (pemerintahan), MUI mengimbau umat Islam Indonesia yang berpaham Ahlus Sunnah wal Jamaah agar “meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya paham yang didasarkan atas ajaran Syiah.”
Sumber:fimadani.com

Read More......

Senin, 03 Desember 2012

Aliran Syi’ah Meresahkan BMI Hong Kong

syi'ah hongkong

Salah satu kegiatan kelompok Syi’ah di Hong Kong. Foto diambil BMI yang berhasil “menyusup” ke kelompok mereka.*
Buruh Migran Indonesia (BMI) Hong Kong merasa resah dan terganggu dengan muncul dan berkembangnya aliran Syi’ah di kalangan BMI Hong Kong, khususnya di kawasan Tsim Sha Tsui (TST) Kowloon.
Beberapa BMI mengaku sudah beberapa kali didatangi pimpinan kelompok Syi’ah  yang bernama Ari. Dia selalu menawarkan peminjaman buku-buku Syi’ah secara gratis kepada BMI dengan memaksa agar para BMI mau membacanya. Mereka juga memaksa para BMI untuk menghadiri pertemuan-pertemuan mereka yang diadakan secara tertutup di daerah Yau Ma Tei.
Menurut salah satu BMI yang pernah diajak ketua kelompok Syi’ah untuk menghadiri perayaan Hari As-Syura , 25 November 2012, sudah banyak BMI yang terpengaruh dengan aliran Syi’ah. “Bila BMI pernah masuk satu kali saja ke kelompok mereka , maka mereka tidak akan melepaskannya,” ujar Ayu (bukan nama sebenarnya ).
“Ketua kelompok mereka akan terus memantau BMI tersebut dan terus mempengaruhinya dengan cara meneleponnya setiap hari atau meminjamkan buku-buku hingga BMI itu bergabung dengan mereka.”

Ari, Ketua Syi’ah di kalangan BMI Hong Kong.*
Untuk mengantisipasi terus berkembangnya Syi’ah di kalangan BMI, salah satu Muslimah yang aktif di Masjid TST, Dewi, mengharapkan agar para ustadz menyinggung tentang paham atau aliran Syi’ah dalam tausyiahnya. Dia juga berharap diadakannya tausyiah secara rutin di Masjid TST, seperti layaknya tausyiah yang diadakan di Masjid Ammar Wanchai supaya para BMI yang kurang memahami agama bisa membedakan mana Islam dan mana Syi’ah.
Beberapa perbedaan yang menonjol antara Islam dan Syi’ah antara lain:
(1) Pembawa agama Islam adalah Nabi Muhammad SHALALLAHU ALAIHI WASALAM, sedangkan Syi’ah mengatakan bahwa Islam dibawa oleh Abdullah bin Saba’ Al-Himyari (Majmu’ Fatawa 4/435).
(2) Rukun Islam syahadat , shalat, puasa , zakat , dan haji (HR. Muslim), sedangkan Syi’ah: Shalat , puasa , zakat , haji , kekuasaan/wilayah (Al-Kafi fil Ushul 2/18).
(3) Rukun Iman Islam: Iman kepada Allah , Iman kepada Malaikat , Iman kepada Kitab – Kitab, Iman kepada para Rosul , Iman kepada Hari Kiamat , dan Iman kepada Qadha Qodhar, sedangkan rukun Iman Syiah adalah Tauhid , Kenabian , Imamah , Keadilan , dan Qiamat.
(4) Kitab suci Islam adalah Al – Qur’an yang berjumlah 6666 ayat (menurut pendapat yang mashyur ), sedangkan Kitab Syiah adalah Mushaf Fatimah yang berjumlah 17.000 lebih banyak dari Al – Qur’an (lihat di kitab mereka Ushulul Kafi karya Kulaini 2 / 634).
(5) Islam menyakini sholat lima waktu wajib, sedangkan syiah menyakini sholat 3 waktu wajib.
Seperti dilansir DDHK News, dalam Rapat Kerja Nasional tahun 1984, Majelis Ulama Indonesia (MUI) merekomendasikan Tentang Syi’ ah & Sunni sebagai berikut:

Paham Syi’ah mempunyai perbedaan pokok dengan mazhab Sunni (Ahlus Sunnah Wal Jamm’ah), di antaranya:
1. Syi’ah menolak hadits yang tidak diriwayatkan oleh Ahlu Bait (keluarga Nabi), sedangkan Suni tidak membeda-bedakan asalkan hadits itu asalkan memenuhi syarat ilmu mustalah hadis;
2. Syi’ah memandang “Imam” itu ma’sum (orang suci), sedangkan Suni memandangnya sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekhilafan (kesalahan); Syi’ah tidak mengakui Ijma’ tanpa adanya “Imam”, sedangkan Suni mengakui Ijma’ tanpa mensyaratkan ikut sertanya “Imam”.
3. Syi’ah memandang bahwa menegakkan kepemimpinan atau pemerintahan (imamah) termasuk rukun agama, sedangkan Sunni memandang dari segi kemaslahatan umum, dengan tujuan imamah untuk menjamin dan melindungi da’wah dan kepentingan ummat.
4. Syi’ah pada umumnya tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dan Utsman, sedangkan Suni mengakui keempat Khulafa’ Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali bin Abi Thalib).
Diperkirakan jumlah Syiah 10-15% dari keseluruhan umat Islam dunia. Kaum Syi’ah terbesar ada di Iran dan Irak.
Umat Islam Indonesia, yang diwakili ormas-ormas Islam, tahun 2011 menyatakan sikap tegas menolak Syi’ah dan menuntut pembubaran kelompok tersebut di Indonesia karena Syi’ah sesat dan menyesatkan. Pernyataan sikap yang ditandatangani ormas-ormas Islam 10 Juni 2011 di Jakarta itu berjudul ”Pernyataan Bersama Menolak Syi’ah” yang berisi lima poin:
1. Ahlussunnah tidak dapat dipersatukan dengan Syi’ah, karena berbeda dalam Ushuluddin (Aqidah/Tauhid).
2. Syi’ah berbahaya bagi agama, bangsa dan negara.
3. Mendesak MUI untuk mengeluarkan fatwa lagi tentang sesatnya Syi’ah secara tegas.
4. Mendesak Pemerintah agar melarang Syi’ah dan aktivitasnya di seluruh wilayah Indonesia, agar tidak timbul konflik seperti di Irak, Yaman, Pakistan dan Negara lain.
5. Kami Ahlussunnah (Muslimin Indonesia) sangat menolak keras MUHSIN (Forum Ukhuwah Sunni-Syi’ah Indonesia) yang digagas beberapa waktu yang lalu oleh aktivis-aktivis Syi’ah dan oknum yang mengatasnamakan Muslimin Indonesia di Jakarta.  (Amy Utamy/ddhongkong.org).*

Read More......

Wasiat Ali Menjelang Wafat



Cetak
PDF
Menjelang wafat, hanya hal-hal penting yang diingat. Mari kita simak bersama wasiat Ali bin Abi Thalib menjelang wafat. Wasiat dari Ali pastilah penting. Apalagi bagi teman-teman syi'ah, yang meyakini Ali sebagai imam ma’shum yang wajib diikuti.
Dari Abu Ali Al Asy’ari, dari Muhammad bin Abdul Jabbar, dan Muhammad bin Ismail, dari Fadhl bin Syadzan, dari Shafwan bin Yahya, dari Abdurrahman bin Hajjaj berkata : Abul Hasan Musa ‘Alaihis salam mengirimkan padaku wasiat Amirul Mukminin ‘Alaihis salam, isinya : Bismillahirrahmanirrahim, ini adalah wasiat dari pembagian harta dari hamba Allah Ali, demi mencari ridha Allah, kiranya agar sudi memasukkan saya ke surga dan menjauhkan dari neraka karena wasiat ini, pada hari di mana ada wajah yang putih dan ada juga wajah yang menghitam,  seluruh harta milikku yang ada di Yanbu’ dan sekitarnya adalah sedekah, dan seluruh budaknya selain Rabah, Abu Naizar dan Jubair adalah merdeka, tidak ada yang boleh menghalangi mereka, mereka adalah budak, mengelola harta selama lima tahun, mereka boleh mengambil bagian harta untuk nafkah pribadi mereka dan keluarganya, sedangkan harta milik saya yang ada di Wadil Qura, dari harta milik anak keturunan Fatimah berikut budaknya adalah sedekah, dan yang ada di Dimah beserta penduduknya adalah sedekah, kecuali Zuraiq, berlaku baginya seperti yang aku lakukan pada teman-temannya, sedangkan hartaku yang ada di Adzinah berikut penduduknya adalah sedekah, dan Faqirain seperti yang kalian ketahui adalah sedekah di jalan Allah, dan yang telah kutentukan dari hartaku ini adalah sedekah yang wajib kutunaikan baik saat aku hidup maupun sudah mati, seluruhnya diinfakkan demi mencari keridhoan Allah, di jalan Allah, demi meraih keridhoan-Nya, dan untuk kerabatku dari golongan Bani Hasyim serta Bani Muthalib, yang dekat maupun yang jauh, semuanya dikelola oleh Hasan bin Ali, dia boleh memakan harta itu dengan baik-baik, dan menginfakkan di jalan yang diajarkan Allah, maka itu halal dilakukannya, tidak ada masalah, jika dia ingin maka boleh dijadikan miliknya, sesungguhnya anak-anak Ali, budak dan hartanya adalah dikelola oleh Hasan bin Ali.  Jika rumah yang menjadi miliknya bukan termasuk rumah sedekah, dan dia ingin menjualnya maka dia boleh menjualnya. jika dia menjualnya, maka hasil penjualannya dibagi menjadi tiga, sepertiga disedekahkan di jalan Allah, dan dua pertiga untuk Bani Hasyim dan Bani Muthalib, sepertiganya untuk keluarga Abu Thalib, dibagikan pada mereka sesuai petunjuk Allah, jika terjadi sesuatu pada Hasan sedangkan Husein masih hidup, maka dikelola oleh Husein bin Ali, dan Husein harus mengelola sesuai dengan petunjukku pada Hasan, dia wajib melakukan apa yang dilakukan oleh Hasan, bagian sedekah untuk anak-anak fatimah adalah sama seperti anak-anak Ali, saya menggariskan ketentuan untuk anak keturunan Fatimah adalah untuk mencari keridhoan Allah dan menghormati Rasulullah, mengagungkan dan memuliakan Rasulullah dan Fatimah, jika terjadi sesuatu pada Hasan dan Husein, maka yang masih hidup di antara mereka berdua melihat anak cucu Ali , jika ada dari mereka yang baik agama dan amanatnya, maka diserahkan padanya jika dia mau, jika tidak ada dari mereka yang baik agama dan amanatnya, maka diserahkan pada salah satu dari anak cucu Abu Thalib yang  dilihatnya baik, jika di antara anak cucu Abu Thalib sudah tidak ada lagi yang dituakan dan bijaksana, maka diserahkan pada salah satu dari Bani Hasyim, dengan syarat agar harta itu tetap dan tidak dijual, dan menginfakkan hasilnya seperti yang telah kutentukan, yaitu fi sabilillah, dan harta yang ada pada keluarga Bani Hasyim dan Bani Muthalib tidak boleh dijual, dihibahkan dan diwariskan, dan harta Muhammad bin Ali yang menjadi miliknya, maka dia digabungkan dengan bagian anak cucu Fatimah, dan budak-budak yang namanya ada dalam daftar kecil, mereka seluruhnya merdeka. Inilah ketentuan yang dituliskan oleh Ali bin Abi Thalib dalam pengelolaan hartanya pada pagi ini, sehari setelah aku sampai di Muskin (nama tempat di dekat Kufah), demi mencari keridhoan Allah dan negeri akherat, hanya Allah lah tempat kita semua meminta tolong dalam segala kondisi, tidak halal bagi seorang muslim yang beriman pada Allah dan hari akhir untuk merubah dan melanggar ketentuan ini, baik orang dekat maupun orang jauh. Dan budakku yang kugauli, jumlahnya 17, ada dari mereka yang memiliki anak, ada yang hamil, ada lagi yang tidak memiliki anak, siapa yang memiliki anak atau sedang hamil, maka tidak dimerdekakan, dan menjadi bagian anaknya, jika anaknya mati sedang dia masih hidup, maka dia merdeka tidak boleh ada yang menggugat, ini adalah pembagian yang ditentukan oleh Ali bagi hartanya, sehari setelah sampai di Muskin, disaksikan oleh Abu Samr bin Burhah, Sha’sha’ah bin Shuhan, Yazid bin Qais, Hiyaj bin Abi Hiyaj. Ali menulis wasiat ini dengan tangannya sendiri pada 10 Jumadil Ula tahun 37 H.
Selain berwasiat mengenai pengelolaan hartanya, Ali juga berwasiat:
“Bismillahirrahmanirrahim, inilah wasiat dari Ali bin Abi Thalib, mewasiatkan bahwa dirinya bersyahadat tiada tuhan selain Allah, hanya Dia sendiri tidak ada sekutu baginya, dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, diutus dengan petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas seluruh agama, walaupun orang musyrik benci, Shallallahu ‘alaihi wa ‘aalihi, lalu sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Rabbul Alamin, tidak ada sekutu baginya dan itulah yang diperintahkan padaku, dan aku termasuk golongan muslimin.  Lalu aku mewasiatkan padamu wahai Hasan, dan seluruh Ahlul Baitku, dan anakku, juga seluruh mereka yang membaca tulisanku ini, agar bertaqwa pada Allah Rabb kalian, jangan sampai kalian mati kecuali dalam keadaan muslim. Berpeganglah pada tali Allah bersama-sama, dan janganlah kalian berpecah belah, karena aku mendengar Rasulullah bersabda: Hubungan baik di antara kaum muslimin lebih baik dari pada shalat dan puasa secara umum, dan hal yang merontokkan agama serta yang menghabiskan agama adalah rusaknya hubungan baik di antara kaum muslimin, tidak ada daya dan upaya melainkan dari Allah semata, yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Perhatikanlah kerabat dekat kalian, sambunglah silaturahmi, agar Allah memudahkan hisab amalan kalian. Aku ingatkan kalian pada Allah tentang anak yatim, teruslah memberi makanan mereka, jangan sampai terputus, jangan sampai mereka tidak terurus di depan kalian, aku telah mendengar rasulullah bersabda: Siapa yang menanggung hidup anak yatim sampai bisa bekerja dan mencukupi hidupnya, Allah mewajibkan baginya surga, sebagaimana mewajibkan neraka bagi orang yang memakan anak yatim. Aku ingatkan kalian pada Allah tentang Al-Qur’an, jangan sampai kalian ketinggalan dalam mengamalkanya dari orang lain, Aku ingatkan kalian pada Allah tentang tetangga kalian, karena Rasulullah telah berwasiat tentang mereka, dan selalu mewasiatkan sampai kami mengira bahwa tetangga akan mewarisi harta tetangganya. Aku ingatkan kalian pada Allah tentang rumah-rumah Allah (masjid) jangan sampai kosong dari kehadiaran kalian selama kalian masih hidup, jika kalian meninggalkan rumah-rumah Allah, kalian tidak diberi tenggang lagi dari azab, dan hal yang  didapat dari orang yang pergi ke masjid adalah diampuni dosanya yang telah lalu, Aku ingatkan kalian pada Allah tentang shalat, karena shalat adalah sebaik-baik amalan, shalat adalah tiang agama. Aku ingatkan kalian pada Allah tentang zakat, sungguh zakat memadamkan kemarahan Rabb kalian, Aku ingatkan kalian pada Allah tentang puasa Ramadhan, karena berpuasa pada bulan itu adalah perisai dari api neraka, Aku ingatkan kalian pada Allah tentang kaum fakir dan miskin, ikutkan mereka dalam kehidupan kalian, Aku ingatkan kalian pada Allah tentang jihad dengan harta, jiwa dan lisan kalian, karena hanya ada dua macam orang yang berjihad, yaitu imam yang membawa petunjuk, dan orang taat yang mengikuti petunjuk imam, Aku ingatkan kalian pada Allah tentang keturunan Nabi kalian, jangan sampai mereka dizhalimi di depan mata kalian, sedangkan kalian mampu membela mereka. Aku ingatkan kalian pada Allah tentang sahabat Nabi kalian, yang tidak berbuat dosa dan tidak melindungi pendosa, karena Rasulullah mewasiatkan mereka, dan melaknat orang yang berbuat jahat di antara mereka, atau melindungi penjahat, juga dari selain mereka. Aku ingatkan kalian pada Allah tentang wanita dan budak, karena kata-kata akhir Nabi kalian adalah: Aku wasiatkan pada kalian dua golongan lemah, yaitu wanita dan budak. Shalat, shalat, shalat, dan janganlah kalian takut melakukan perintah Allah karena celaan orang, Allah akan membela kalian dari orang yang mengganggu dan menganiaya kalian, ucapkan perkataan yang baik pada manusia, seperti telah diperintahkan oleh Allah. janganlah kalian meninggalkan amar ma’ruf dan nahi mungkar, jika kalian tinggalkan, Allah akan menjadikan bagi kalian pemimpin dari golongan terjelek dari kalian, lalu kalian berdo’a dan tidak dikabulkan. Wahai anakku, hendaknya engkau menyambung hubungan, memberi orang lain dan berbuat baik, hindarilah memutus hubungan, saling membelakangi dan berpecah belah, hendaknya kalian saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah tolong menolong atas perbuatan dosa dan permusuhan, bertakwalah pada Allah, sesungguhnya hukuman Allah adalah keras, semoga Allah menjaga kalian, seperti menjaga keluarga Nabi dan Nabi-Nya di antara kalian, kutitipkan kalian pada Allah, dan aku membaca Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Lalu Ali terus mengucapkan: Laa Ilaaha Illallah, hingga akhirnya wafat pada malam tanggal 23 Ramadhan, bertepatan malam jumat, tahun 40 H.
Wasiat di atas tercantum dalam literatur syiah : Al-Kafi, Man La Yahdhuruhul Faqih, Tuhaful Uqul, Tahdzibul Ahkam, Nahjus Sa’adah, Biharul Anwar, Mustadrak Safinatil Bihar.
Wasiat ini tidak ditujukan pada anak-anak Ali saja, tapi pada siapa saja yang membaca surat wasiatnya. Yang perlu kita cermati di sini, Ali berwasiat tentang banyak hal. Ali mengawali wasiatnya dengan wasiat tentang persatuan umat. Lalu dengan Al-Qur’an, shalat, zakat, puasa Ramadhan dan ibadah haji.  tidak ketinggalan Ali berwasiat agar bersikap baik terhadap para sahabat Nabi, berlaku baik pada wanita dan budak, tentang anak yatim, dan amar makruf nahi munkar. Semua poin dalam wasiat ini adalah hal-hal yang sangat penting.
Namun Ali tidak menyinggung satu hal yang dianggap penting oleh syi’ah hari ini. Ternyata Ali sama sekali tidak menyinggung masalah imamah. Tidak menyinggung 12 imam, kewajiban mengikuti imam, tidak mewasiatkan pada anak cucunya berikut umat Islam untuk mengikuti 12 imam. Ini satu pertanda bahwa Ali tidak mengenal keyakinan imamah seperti yang dikenal oleh syi’ah hari ini. Ali malah berwasiat untuk bersikap baik kepada para sahabat Nabi, mereka yang dianggap pengkhianat oleh syi’ah. Berwasiat tentang persatuan umat, melarang untuk bermusuhan sesama muslim. Sementara syi’ah menganggap kaum muslim yang tidak meyakini imamah adalah sesat. Ali tidak meyakini imamah sebagaimana diyakini syi’ah hari ini, dan tidak pernah tahu tentang kewajiban beriman pada 12 imam.
Kata Ali bin Abi Thalib:
“Jika terjadi sesuatu pada Hasan dan Husein, maka yang masih hidup di antara mereka berdua melihat anak cucu Ali , jika ada dari mereka yang baik agama dan amanatnya, maka diserahkan padanya jika dia mau.”
Jika Ali mengimani adanya 12 imam, sebagaimana syi’ah hari ini, mestinya diserahkan pada Ali bin Husein, bukan salah satu dari anak cucu Ali. Bukankah 12 imam sudah ditunjuk oleh Nabi? Atau Ali, sang pintu ilmu nan ma’shum, kali ini tidak tahu?
Memang Ali tidak mengenal ajaran imamah. [hakekat/syiahindonesia.com].

Read More......

Sabtu, 01 Desember 2012

Dua Ciri Karateristik Syiah

JIKA kita klasifikasikan, maka setidaknya ada dua ciri karakteristik kelompok/orang yang masuk ke lingkaran Syiah.

Pertama; mereka yang sebenarnya masih awam tentang Syiah. Golongan ini pada dasarnya tidak b
egitu mengenali bagaimana seluk beluk Syiah selama ini. Dari mulai pelecehan Syiah terhadap para sahabat, kecuali terhadap Ali. Sikap Syiah terhadap Ahlus Sunnah. Doktrin Imamah Syiah (yang berimplikasi pada Ushul Fiqh), sampai praktek taqiyah milik Syiah untuk menutupi ajaran mereka selama ini.

Kedua; pengikut Syiah yang benar-benar ideologis. Mereka mengikuti hakikat ajaran Syiah sepenuhnya. Seperti konsep Imamah, Taqiyah, Roj’ah, bad’a, dan lain sebagainya. KH. Nabhan Husein, dalam presentasinya di Mesjid Istiqlal tahun 1997, lewat artikel berjudul “Tinjauan Ahlus sunnah Terhadap Faham Syiah Tentang Al Qur’an dan Hadits” pun merinci setidaknya ada 219 ayat yang di Al Qur’an yang tidak diakui kelompok Syiah.

Pada kasus pertama biasanya mereka yang masuk ke komunitas Syiah salah satunya oleh kekaguman kepada sosok Ahmadinejad. Mereka juga tidak bisa membedakan kasus Revolusi Iran dengan faham aqidah Syiah. Lalu bukan tidak mungkin mereka termakan oleh praktik taqiyah Syiah yang sengaja dimainkan untuk menutup-nutupi hakikat sesungguhnya.

KH Dawam Anwar, dalam presentasinya “Inilah Haqiqat Syiah” saat Seminar Nasional tentang Syiah tahun 1997 di Mesjid Istiqlal, menjelaskan bahwa salah satu sulitnya ajaran Syiah terendus masyarakat awam dikarenakan kitab-kitab yang memuat hakikat Syiah dan Syariat Syiah langka sekali, bahkan bisa dibilang tidak ada.

Kitab-kitab semacam Al Kaafi, Tahdzibuk Ahkam, Al Istibshar, Bihar Al Anwar, Al Waafi dan lain-lain tidak ditemui toko-toko buku pada umumnya. Karena sejak dahulu ulama-ulama Syiah sengaja merahasiakan kitab-kitab semacam itu agar jangan sampai jatuh ke tangan Ahlus Sunah karena akan menjadi senjata makan tuan. Walau pada akhirnya, atas izin Allah, kitab-kitab itupun sampai juga ke tangan ulama Ahlus sunnah wal Jama’ah.

Yang paling menarik sekarang ini adalah faktor Ahmadinejad yang gencar melakukan kritik terhadap Amerika. Karena, hal itu pun juga masih bisa diperdebatkan.

Kalaulah memang Ahmadinejad serius melawan Amerika, sekiranya ia bisa berbuat lebih riil dalam melaksanakannya. Tidak jauh dari Iran, berbatasan langsung dengan teritori Ahmadinejad, yakni Afghanistan dimana puluhan ribu mujahidin bahu-membahu mengusir Amerika dan cengkaman Zionis. Namun sampai saat ini belum (dan tidak) ada tindakan konkret dari Ahmadinejad sama sekali untuk membantu Afghan mengusir Amerika.

Yang terjadi justru sebaliknya. Satu contoh saja, kita ketahui bersama hubungan Ahmadinejad dengan Nouri Al Maliki dekat sekali. Padahal Nouri adalah kaki tangan Amerika dan Israel di Irak. Jadi amat wajar jika spekulasi kemudian berkembang: apakah karena Nouri Al Maliki juga orang Syiah?

Dan ini semakin menimbulkan kecurigaan kenapa Iran—yang tak lebih besar dari pada Iraq yang sudah digempur habis-habisan oleh AS dan sekutu—masih baik-baik saja. Dalam artian, AS tidak pernah melakukan suatu tindakan yang nyata terhadap Iran. 

[islampos/pecintamanhajsalaf]

Read More......