Penulis: Abdurrahman bin Sa’d bin Ali Asy Syatsri
Penerbit: Nashirus sunnah
Harga : Rp 125.000
Pemesanan sms : 0878 8777 8027
Syi’ah Imamiyah itsna asyariyah merupakan salah satu aliran syi’ah dari sekian banyak aliran-aliran syi’ah yang menamakan alirannya sebagai madzhab ahlul bait. Namun apabila dibandingkan dengan aliran-aliran syi’ah yang lain, aliran ini dinilai sebagai aliran syi’ah yang paling berbahaya bagi agama, bangsa, dan negara. Penganutnya mengklaim hanya dirinya atau golongannya yang mengikuti dan mencintai ahlul bait.
Dengan menggunakan strategi licik yang mereka namakan taqiyah (berdusta), yaitu menyembunyikan kebenaran, menutupi kayakinan, demi maslahat agama dan dunia, aliran ini dikembangkan. Al-Kulaini, ulama besar mereka mengatakan, wa la diina liman la taqiyata lahu (tidk beragama orang yang tidak betaqiyah). Disebutkan bahwa kekhalifaan Abu Bakar, Umar dan Utsman radhiyallahu ‘anhum tidak sah.
Disebutkan pula dalam salah satu riwayat mereka, “Sesungguhnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih mirip dengan Ali radhiyallahu ‘anhu daripada seekor gagak dengan gagak yang lainnya. Allah mengutus Jibril untuk membawa wahyu kepada Ali radhiyallahu ‘anhu namun Jibril salah sehingga dia menurunkan wahyu kepada Muhammad, semestinya Ali radhiyallahu ‘anhu yang menjadi Khalifah setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Kedustaan yang mereka buat dengan strategi licik ini menjadikan banyak orang-orang yang beraqidah ahlus sunnah wal jama’ah tertipu dan termakan oleh propaganda mereka, sehingga keluar dari agama nenek moyangnya (Islam).
Oleh karena itu, atas dasar tersebut buku mengenai aqidah syi’ah itsna asyariyah dalam bentuk tanya jawab diterbitkan. Bahaya dan kesesatan yang disebarkan aliran ini mendesak para ulama Islam untuk meluruskan masyarakat muslim pada pemahaman yang benar mengenai Islam. Pasalnya, didasari oleh ashabiyah atau kefanatikan yang mendalam, aliran syi’ah ini semakin cepat menjalar dan berkembang, terutama dikalangan awam alawiyyin (keturunan Nabi Muhammad) dan muhibbin (pecinta mereka).